Indonesia Search Engine

Friday, September 30, 2011

Objek Wisata

BANTEN MEMILIKI 204 OBYEK WISATA
                 Provinsi Banten yang terbentuk 4 Oktober 2000 memiliki luas wilayah 8.794,01 km2 dengan jumlah penduduk 8.258.055 jiwa. Terdiri dari 4 daerah kabupaten dan 2 kota. Masing-masing Kabupaten Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Seluruh daerah ini memiliki 204 objek wisata tersebar yang terdiri dari objek wisata pantai 40 lokasi, objek wisata pegunungan 6 lokasi, objek wisata hutan 5 lokasi, objek wisata danau 6 lokasi, objek wisata air terjun 6 lokasi, objek wisata air panas 4 lokasi, objek wisata pulau 8 lokasi, objek wisata terumbu karang 3 lokasi dan objek wisata suaka margasatwa 4 lokasi.
Dari objek wisata sebanyak itu belum termasuk objek wisata karya manusia, baik berupa peninggalan purbakala maupun hasil karya seni masa kini. Seluruh hasil karya manusia yang monumental itu berupa situs arkeologi sebanyak 27 lokasi, bangunan bersejarah 29 lokasi, ziarah/spiritual 52 lokasi, seni tradisional 45 item, makanan khas 45 item, museum 1 buah, pusat kerajinan 2 lokasi, tempat konvensi dan pertemuan 4 lokasi, lapangan golf 11 lokasi, driving range 1 lokasi, danau buatan dan bendungan 3 lokasi, agro wisata 1 lokasi, tambang emas 1 lokasi, masyarakat tradisional 2 lokasi, pusat perbelanjaan 2 lokasi dan industri modern 3 lokasi.
            Seluruh objek wisata itu masih ada beberapa objek wisata yang belum sempat di inventarisir Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten. Terutama yang berada di Kabupaten Lebak, Banten Selatan seperti air terjun, gunung dan goa alam.
Dari sekian banyak objek wisata di Banten terdapat 9 objek wisata unggulan yang khas dan jarang dimiliki daerah lain. Objek wisata itu terdiri dari Taman Nasional Ujung Kulon (Pandeglang), pemukiman masyarakat Baduy (Lebak), Gunung Krakatau (Selat Sunda), kompleks purbakala Banten Lama (Serang), pantai Anyer (Serang), pantai Carita (Pandeglang), pantai Tanjung Lesung (Pandeglang), wisata belanja (Tangerang) dan lapangan golf serta driving range (Tangerang dan Cilegon).
Tengerang yang lokasinya berbatasan dengan Ibu Kota Jakarta terdapat objek wisata pantai, antara lain pantai Dadap, Tanjung Kait dan Tanjung Pasir yang banyak dikunjungi wisatawan tiap akhir pekan dan libur. Sedangkan di wilayah Kota Cilegon  terdapat 2 lokasi objek wisata pantai, yaitu Kelapa Tujuh dan Pulorida. Dari sekian wilayah kabupaten dan kota yang paling banyak memiliki objek wisata adalah Kabupaten Serang, kemudian Pandeglang dan Lebak.
            Objek wisata pegunungan dan kawasan hutan hanya dimiliki Kabupaten Serang, Pandeglang dan Lebak. Misalnya hutan meranti terdapat di Pandeglang; hutan Darmasari, Cisungsang dan Cikembang terdapat di Lebak; hutan Rawa Danau terdapat di Serang.   
Daerah Kabupaten Serang yang berbatasan dengan Pandeglang dan Provinsi Lampung memiliki sebagian Gunung Karang, G.Aseupan dan G.Krakatau. Sedangkan Kabupaten Pandeglang memiliki Gunung Karang, G.Pulosari, G.Aseupan, G.Honje dan G.Payung. Sementara Kabupaten Lebak, selain memiliki untaian Pegunungan Kendeng yang memanjang dari barat sampai ke timur, juga memiliki beberapa gunung berapi yang terletak di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun. Dari total 37 gunung berapi di Taman Nasional Gunung Halimun tercatatat 14 buah gunung berada di Kabupaten Lebak. Sisanya dimiliki Kabupaten Bogor dan Sukabumi.
Kemudian dari sekian banyak sungai-sungai yang mengalir dari hulu ke hilir, baik yang bermuara ke Laut Jawa maupun ke Samudera Hindia banyak yang memiliki panorama indah. Sungai-sungai besar yang berada di Provinsi Banten, antara lain Ciujung, Cidurian, Cisadane, Ciliman, Cilemer dan Cidanau. Sungai-sungai itu selain bisa dilayari, juga menjadi arena para pemancing.
            Banten juga memiliki beberapa situ atau telaga, antara lain Situ Cipondoh (Tangerang), Situ Gintung (Tangerang), Situ Kelapa Dua (Tangerang), Situ Cikedal (Pandeglang), Situ Pelayangan (Lebak), Rawa Danau (Serang), Tasikardi (Serang), Waduk Krenceng (Cilegon) dan Bendung Pamarayan (Serang).
Air terjun yang terdapat di Banten tersebar di Kabupaten Serang, Pandeglang dan Lebak. Misalnya Curug Gendang (Pandeglang), Curug Cigumawang (Serang), Curug Cikotak (Serang), Curug Cihujan (Serang), Curug Sawer (Serang), Curug Betung (Serang) dan Curug Cibunar (Lebak).
Pemandian air panas yang sudah dikelola terdiri dari 4 lokasi, yaitu Batukuwung (Serang), Cikawah (Pandeglang), Senang Hati (Lebak) dan Ujung Kulon (Pandeglang).
            Banten juga banyak memiliki peninggalan purbakala yang berasal dari zaman prasejarah, Hindu Budha sampai masuknya Islam sekitar abad ke-XVI. Objek wisata ini hampir tiap hari tak pernah sepi pengunjung yang datang untuk ziarah. Dari sekian banyak objek wisata budaya tercatat 27 lokasi yang memiliki daya tarik kuat. Antara lain situs punden berundak Lebak Sibeduk (Lebak), situs Kosala (Lebak), Banten Lama (Serang), situs Batu Tulis Cidanghyang (Pandeglang), situs Citaman Batu Goong (Pandeglang), situs Sanghyang Sirah (Pandeglang) dan situs-situs lain yang tersebar di beberapa daerah.
Kemudian bangunan bersejarah yang terdiri dari eks kantor Keresidenan Banten yang kini menjadi kantor Gubernur Banten, gedung Juang 45, gedung Polres Serang dan gedung Korem 064 Maulana Yusuf. Sementara bangunan bersejarah di Kota Serang yang dikategorikan sebagai benda cagar budaya 20 buah.
Beberapa pulau yang menjadi objek wisata, antara lain P.Cangkir (Tangerang), P.Pamoyan Besar (Serang), P.Panjang (Serang), P.Sanghyang (Serang), P.Peucang (Pandeglang), P.Handeleum (Pandeglang), P.Panaitan (Pandeglang), P.Tinjil (Pandeglang) dan P.Tunda (Serang).
Sebelas lapangan golf yang dimiliki daerah Banten terdiri: Bumi Serpong Damai Golf, Cengkareng Soemarna Golf, Gading Raya Golf, Imperial Golf, Kedaton Golf, Modern Golf, Pondok Cabe Golf, Takara Golf, Damai Indah Golf dan Bintaro Jaya Driving Range. Semuanya lapangan golf tersebut terletak di Tangerang, sedangkan di Cilegon terdapat Permata Krakatau Golf dan di Pandeglang terdapat Cemara Golf.
Tangerang juga memiliki objek wisata kesehatan yang tak kalah dengan fasilitas rumah sakit swasta di Singapura, Malaysia dan Australia. Rumah sakit yang dimiliki daerah Tangerang terdiri dari RSU Honoris Cousa, RSU Bintaro dan RSU Siloam Glenegles.
Hotel berbintang yang dimiliki daerah ini semuanya berjumlah 35 buah dan non bintang 130 buah. Sedangkan restoran yang terdaftar sebagai anggota PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) sebanyak 159 buah dan rumah makan 396 buah. Agen perjalanan wisata yang tergabung dalam Asita (Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia) 35 buah.
Kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun terus meningkat pesat. Bila tahun 2001 tercatat 12,9 juta orang, tahun berikutnya meningkat menjadi 14,5 juta orang dan tahun 2003 meningkat lagi menjadi 16,7 juta orang. Khusus wisatawan mancanegara tercatat dari tahun 2001-2003, sebanyak 69.626 orang, kemudian 88.310 orang dan terakhir 109.538 orang.

Budaya tradisional dan makanan khas

Kunjungan wisatawan ke daerah Banten tak lepas dari daya tarik kesenian daerah dan makanan khas yang dimiliki daerah ini. Dari sekian banyak kesenian tradisional yang dimiliki, antara lain tercatat angklung buhun, beluk, bendrong lesung, barongsai, calung, calung renteng, cigeulisan (karendeng), cokek, dogdog lojor, degung, dodod, gacle, gambang kromong, genjring, gemyung, debus, jaipongan, jipeng, kendang pencak, kuda lumping, keroncong, kecapi suling, lenong, mawalan, marhaban, patingtung, qasidah, rudat, rampak bedug, reog, rengkong, sepak bola api, tebang gede, topeng, sempilan (wewe), tanjidor, terbang dekem, ubrug, wayang golek, wayang kulit, wayang garing, wayang cepak, wawacan syeh dan jalil.
Sedangkan makanan tradisional yang dimiliki daerah ini, terdiri apem tawar, apem manis, bugis, bobongko, balok, bola-bola, bubur sumsum, cucur, cucuwer, cubitan, enye-enye, emping, gemblong, gembleng, gipang, geplak, iwel, jojorong, kikiping, kolak radio, kue jenderal, ketan bintul, keniarem, kontol sapi, leumeung, laksa, modo, mento, opak manis, opak asin, otak-otak, pasung asin, pasung manis, pais emplek, panggang sumsum, rabeg, rempeyek, sumping tane, sate bandeng, sambal buroq, sayur walang (angeun lada), sate bebek, talam manis, talam asin dan uyah sangeu.
Sementara dalam setahun calender event yang dimiliki daerah ini, pada bulan Februari terdapat kegiatan Gathering “Tourism Fun Day” di Serang. Kemudian Gebyar Muharram di Serang yang terdiri lomba jalil, lomba marhaban, lomba musabaqoh dan lomba qasidah.
Bulan Maret terdapat kegiatan seperti Pasanggiri Rampak Bedug di Pandeglang, Pesta Laut di Lebak dan Pagelaran Barongsai di Tangerang. Bulan berikutnya, April terdapat kegiatan Pekan Budaya Pandeglang: Patingtung, Padingdang, Saman, Bazar Makanan.
Bulan Mei di gelar Festival Panjang Maulud di Serang, biasanya diselenggarakan di pantai Anyer dan Kota Serang. Bulan Juni berlangsung seba gede masyarakat Baduy ke Bupati Lebak dan Gubernur Banten. Juli usai panen raya di Banten Selatan berlangsung upacara adat yang disebut seren taun dan di Kota Tangerang berlangsung upacara Festival Cisadane.
Bulan Agustus terdapat 3 acara menarik, yaitu Festival Wisata Krakatau di Selat Sunda, kemudian Lomba Memancing di Selat Sunda dan Arak-arakan. Semuanya diselenggarakan Pemkab Serang. September berlangsung Banten Tourism Show di Serang. Oktober berlangsung Wisata Munggah di Kab.Lebak. Lalu di Serang dibuka Pekan Raya Banten.
Bulan November berlangsung upacara Semarak Takbir di Serang dan pada bulan Desember, Haul Syech Nawawi Al-Bantani di Tanara, Serang

JEJAK LELUHUR banten

Jejak Leluhur

KH SULAEMAN tidak sehebat dan setenar Syech Nawawi Al-Bantani. Tetapi ulama yang lahir di Kampung Kelapa Dua Desa Kagungan, Serang ini cukup dikenal masyarakat setempat sebagai orang yang saleh dan menjadi panutan.
Sulaeman bin KH Madire yang lahir dan dibesarkan di kampungnya meninggal dunia dalam usia 70 tahun. Memang tak mudah menulam kembali riwayat hidupnya, sejak lahir tahun 1871 hingga wafat tahun 1941. Tetapi dari cerita yang turun temurun mengatakan, ulama ini termasuk salah satu pejuang yang menentang Pemerintah Hindia Belanda.
Kampung Kelapa Dua dulu pernah dijadikan perkebunan tebu pada pada abad ke-XIX. Bekas daerah yang sering dikunjungi keluarga Sultan Banten ini pernah ditemukan bekas kolam renang. Dalam peta kuno yang ditemukan di Perancis, lokasi itu tertera swimming pool. Seorang arkeolog Perancis, Claude Guillot sekitar tahun 1990 pernah melakukan penelitian di lokasi tersebut.
Selain bekas kolam renang, di kampung tua itu masih terdapat sebuah mesjid kuno dan beberapa rumah tipe Banten zaman dahulu yang masih asli. Sayangnya Pemerintah Daerah dan BP3S belum melakukan inventarisasi bangunan-bangunan kuno yang masuk dalam daftar benda cagar budaya

Pemberontakan di Banten


Pemberontakan di mulai tahun 1808

            Setelah Kesultanan Banten hancur dan rata dengan tanah, pemberontakan rakyat terjadi dimana-mana menentang penjajah kolonial Belanda. Pemberontakan besar yang didukung rakyat terjadi tahun 1808 di Cilegon yang dikenal dengan peristiwa “Geger Cilegon”.
            Setahun kemudian terjadi lagi pemberontakan yang tak kalah seru di beberapa lokasi. Antara lain pemberontakan yang terjadi di Banten Selatan, kemudian menyusul di Anyer, Cikande dan Leuweung Lancar di bawah pimpinan Mas Angabay Naya Wipraja dan Angabay Jaya Sedana. Pemberontakan itu disebabkan rakyat dipaksa kerja rodi membangun jalan pos Anyer-Panarukan sepanjang 1.000 km oleh Daendels. Kedua tokoh pejuang Banten ini yang pernah diutus Sultan Banten ke London, Inggris sebagai duta besar. Mereka sakit hati karena keraton Surosowan dihancurkan dan semua daerah jajahan Banten dikuasai Kompeni Belanda.
            Kemudian tahun 1813 terjadi pemberontakan di Undar Andir, Kragilan di bawah pimpinan Mas Ngabai Lanang dan Mas Djakaria yang terkenal dengan sebutan Pemberontakan Undar Andir I. Sedangkan Pemberontakan Undar Andir II terjadi 4 tahun kemudian yang dipimpin Bidin dan Agus Kamis.
            Dan yang cukup menghebohkan terjadi pemberontakan tahun 1845 di Cikande. Selain dipimpin tokoh yang bernama Sarean, pemberontakan dibantu pula seorang wanita yang bernama Nyi Timah beserta 34 orang pengikutnya yang semuanya terdiri dari wanita. Belanda waktu itu kewalahan menghadapi wanita-wanita penjuang ini, tetapi setelah lawan menambah kekuatan militernya, semua pemberontak ditawan dan semuanya di hukum gantung.

KETURUNAN BANTEN

Cerita menarik tentang Kesultanan Banten belum lengkap bila tidak menceritakan riwayat Pangeran Astapati yang sakti mandraguna. Pangeran ini tidak dimakam di kompleks pemakaman raja-raja di serambi Mesjid Agung Banten, tetapi berada di pemakaman keluarga di Kampung Odel, Desa Kasemen, Serang.
            Siapa sebenarnya Pangeran Astapati? Menurut catatan Babad Banten, Pangeran Astapati adalah salah satu pengikut setia Sultan Muhammad Arif Zainal Asikin yang memerintah tahun 1743-1773. Nama aslinya sebenarnya Wira Suta. Konon sebelum dinobatkan sebagai seorang pangeran dengan gelar yang sesuai sepak terjangnya adalah pelarian dari “Negeri Sejuta Pantangan” Baduy. Suta keluar dari tatanan adat Kenekes karena ingin mencari pengalaman di dunia lain.
            Awalnya pemuda yang bertubuh kekar itu bekerja di lingkungan keraton sebagai pelihara kuda-kuda istana. Karena rajin, dia diperbolehkan belajar seni bela diri dan keprajuritan. Hasilnya ternyata tidak mengecewakan pelatihnya. Dari  keberanian dan ketangkasan yang diperlihatkan pemuda ini kemudian diberi nama tambahan Wira di depan namanya. Dia juga dikenal di kalangan keraton dan akrab bergaul dengan siapa saja. Setelah menguasai ilmu bela diri karirnya cepat menanjak dan nasibnya mulai berubah. Lalu dia diberi kepercayaan memimpin pasukan perang.
            Ketika terjadi pertempuran antara Banten dengan Lampung, setiap lawan yang berhasil dipegang tangannya hangus terbakar. Lalu Sultan Banten memberi gelar pemuda ini Pangeran Astapati. Dan atas jasa-jasanya pada masa itu pemuda Suta dijodohkan dengan salah seorang puteri Sultan yang cantik. Dari hasil perkawinannya lahir anak pertama yang diberi nama Djajadiningrat. Dari keturunan keluarga ini kemudian menghasilkan tokoh-tokoh teknokrat dan birokrat ternama.
            Di sekitar makam pangeran yang sakti mandraguna bergelar Pangeran Astapati Parahyangan Perpati Sultan yang wafat tahun 1773, terdapat pula makam keturunannya. Kompleks makam yang dinamakan Mulya Srama itu antara lain terdapat nama seperti R.Temenggung Djajadiningrat (25 Juli 1890), R.Hasan Djajadiningrat (30 Desember 1920), R.Adipati Sutraningrat (3 Juli 1890), Profesor Sindian Isa Djajadiningrat (27 April 1968), RAA Hilman Djajadiningrat (25 November 1963) dan R.Tjakradiningrat (9 Juli 1888). Nama yang terakhir adalah kakek HMA Sampurna (alm) mantan Wagub Jawa Barat dan pernah menjabat sebagai Bupati Serang ke-27.
            Makam-makam kuno yang banyak tersebar di sekitar Kecamatan Kasemen dan cukup jauh dari kompleks keraton bukan karena yang bersangkutan tidak diterima di pemakamanan keluarga istana. Tetapi karena pesan si mati ketika masih hidup ingin dimakamkan di tempat tertentu. Seperti Sultan Maulana Yusuf yang bergelar Panembahan Pakalangan Gede (1580) dimakamkan di tengah sawah. Raja ini berjasa membangun pertanian dengan sistem irigasi hingga rakyat waktu itu hidup makmur dan sejahtera.
Disamping berhasil membangun bendung dan saluran irigasi, Sultan kedua ini juga berjasa dalam mengatur penyebaran penduduk dengan membangun kampung-kampung yang kemudian berubah menjadi kota.
Demikian pula dengan Pangeran Mandalika, putera Sultan Hasanuddin dari selir yang makamnya berada di Kampung Kroya, Desa Banten. Kemudian Pangeran Mas, seorang pangeran yang berasal dari Demak yang makamnya berada di Pangkalan Nangka


Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

GOA SANGHYANG SIRAH YANG MISTERIUS

            Goa Sanghyang Sirah di semenanjung Ujung Kulon atau Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) termasuk salah satu objek wisata yang menarik. Namun sayangnya karena letak objek wisata ini jauh terpencil dan harus melalui jalan kaki lewat hutan lindung,  jarang wisatawan yang berkunjung ke goa misterius tersebut.
            Justru letaknya yang sulit dijangkau kadangkala menjadi daya tarik wisatawan. Mereka melakukan perjalanan safari ke lokasi itu karena terdorong rasa ingin tahu keadaan goa tersebut.
            Biasanya berkunjung ke lokasi seperti ini diantar kuncen, atau istilah kerennya pramuwisata. Dan penduduk setempat yang biasa menjadi penunjuk jalan berasal dari Tamanjaya, kawasan pemukiman penduduk yang letaknya di perbatasan TNUK. Mereka menyebut goa tersebut sebagai “Hotel Samudera Beach” yang menjadi tempat bermalam.
            Menurut kepercayaan penduduk setempat di goa tersebut sampai sekarang ini masih digunakan sebagai tempat bersemedi atau bertapa. Goa yang cukup besar dan terletak di bibir pantai Samudera Hindia, juga dikenal sebagai salah satu penghasil sarang burung walet di daerah tersebut.
            Bagi pengunjung yang ingin mendapatkan berkah dari goa misterius itu harus mengikuti tata cara yang diperintah sang kuncen. Misalnya, sebelum masuk ke dalam goa, setiap pengunjung diwajibkan mengambil wudhu terlebih dahulu di sebuah pancuran. Sebuah pancuran kecil yang airnya berasal dari mata air pegunungan berada tak jauh dari mulut goa. Setelah itu pengunjung diajak masuk ke dalam goa, tetapi anehnya tidak boleh melalui pintu goa yang besar. Mereka diajak melalui pintu yang sempit di bagian kiri goa. Karena sempitnya pintu itu, pengunjung harus masuk dengan cara memiringkan anggota badan.
            Di dalam goa terdapat sebuah telaga yang airnya jernih dan dingin. Menurut kepercayaan penduduk setempat, bagi yang mandi di telaga tersebut bisa mengalami suatu mukjizat. Misalnya, bagi pegawai negeri bisa mengalami mutasi ke tempat yang jauh dan bagi swasta bisa melanglang buana ke luar negeri.
            Kata orang asing beleive it or not, terserah kepada pembaca. Tetapi berdasarkan pengalaman penulis, setelah mengunjungi goa tersebut tahun 1968 bersama rekan Dr.H.Halwany Microb Msc.(alm) tak lama sobat tadi di mutasi dari Pandeglang ke Bandung. Sobat yang dahulu menjabat sebagai Kasi Kebudayaan di Kabupaten Pandeglang, kemudian mendapat tugas lain di Irian Jaya. Dan yang lebih aneh lagi pada tahun 1986, penulis dan sobat tadi bertemu di Amerika Serikat. Ketika itu sobat tengah studi mengambil gelar master di Universitas Pennsylvania dan penulis mendapat kehormatan di undang perguruan tinggi yang sama

PARADISE ON THE WEST COAST

TANJUNG LESUNG Paradise on the West Coast

Objek wisata yang dijuluki surga di ujung pesisir barat itu memang benar-benar  ada  disana. Tanjung Lesung yang dahulu berupa hutan yang banyak ditumbuhi pohon gebang, semak belukar dan rawa, kini sudah berubah menjadi tempat wisata yang sejuk dan nyaman. Jauh dari suara bising hiruk pikuk kendaraan bermotor dan bebas polusi.
            Lokasi objek wisata ini memang jauh terpencil. Berada di sebuah tanjung yang menjorok ke laut, memiliki panorama indah, pasir putih dan airnya yang jernih. Disana wisatawan bisa melakukan kegiatan apa saja. Mau berenang di laut atau di kolam renang, wisatawan bisa memilih. Kegiatan snorkeling, menyaksikan keindahan alam bawah laut juga bisa dilakukan sepuas hati. Bahkan kalau wisatawan ingin berlayar ke Taman Nasional Ujung Kulon atau Gunung Krakatau, beberapa kapal pesiar yang ada disana siap mengantarkan tamunya bersafari.
            Hotel yang memiliki 61 cottages atau 114 kamar itu memang sengaja di ciptakan buat para eksekutif. Predikat bintang empat yang disandang hotel itu memberi jaminan kepuasan bagi semua tamunya yang kebanyakan pengusaha dan wisatawan mancanegara. Dan uniknya hotel itu selalu dikunjungi wisatawan yang berbulan madu. Mereka terdiri dari pasangan muda usia yang kebanyakan datang dari Korea Selatan. “Tetapi belakangan ini dengan merebaknya virus SARS, kunjungan tamu dari negara di timur jauh itu merosot tajam,” ujar T.Rusiansyah, GM Tanjung Lesung.
            Menurut Rusiansyah yang kerap di panggil Tjetjep, hotel yang dikelolanya termasuk salah satu deretan hotel di dunia yang dikelola kelompok Accor. Di Indonesia jaringan hotel yang masuk kelompok Accor ada 28 buah. Termasuk diantaranya Mahakam, Mercury dan Novotel. di Bogor. Dalam waktu dekat Hotel Horizon di Ancol juga akan masuk grup Accor, katanya..
            Ternyata dari semua hotel berbintang di Indonesia yang di gandeng Accor, baru 5 hotel yang dipercayakan pengelolaannya kepada warga negara Indonesia.Yang lain masih dikelola warga negara asing. Hotel-hotel yang dikelola bangsa sendiri termasuk yang berada di Tanjung Lesung, Jambi, Batam, Bukit Tinggi dan Ibis Malioboro, Yogyakarta.
                        Berbeda dengan hotel-hotel lain yang dibangun disepanjang pantai Anyer-Carita, hotel yang satu ini lokasinya jauh dari perkampungan penduduk. Tak satupun dijumpai pedagang asongan disana, hingga wisatawan yang berlibur merasa benar-benar rilek, tak ada yang mengusik dan terasa seperti berada di surga.
            Meski terpencil dari keramaian, wisatawan tidak merasa kesepian tinggal di kamar hotel. Ruangan kamar dengan dekorasi yang di tata apik memberi kepuasan pelanggannya. Halaman luas yang dilengkapi dengan telaga buatan memberi pemandangan yang menyejukan mata. Sambil duduk-duduk di beranda, wisatawan bisa memandangi bunga-bunga teratai merah dan putih yang tengah mekar.
            Memang di hotel ini hampir semua kebutuhan wisatawan bisa dipenuhi. Dan yang paling menyenangkan, wisatawan selalu diajak mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di hotel itu. Mulai pagi hingga petang acara yang ditawarkan karyawan hotel silih berganti.
            Misalnya bagi wisatawan yang gemar berpetualang dan memancing bisa ikut serta berlayar ke Pulau Liwungan, pulau kecil yang tak jauh dari hotel. Atau melihat-lihat kampung wisata Cikadu di Desa Tanjung Jaya dan kampung nelayan di Desa Citeureup. Di lokasi seperti ini wisatawan bisa bersenang-senang barlayar dengan perahu jukung yang hanya berkapasitas penumpang dua orang.
            Acara lain yang tak kalah menarik setelah santap malam, pasangan muda-mudi yang baru menikah didandani macam-macam hingga sulit dikenali lagi wajahnya. Kemudian di lepas dalam ruangan yang sengaja lampunya di padamkan. Mereka lalu disuruh mencari pasangannya masing-masing.
            Pamandu wisata di hotel berbintang itu sungguh kreatif dengan berbagai macam permainan yang di kemas apik. Hiburan dengan musik hidup yang digelar di restoran itu tidak dibiarkan berlangsung begitu saja. Tetapi ada yang memimpin dan mengajari menari poco-poco atau cha-cha-cha.
            Dan ada lagi acara yang unik di hotel itu, yaitu lomba kodok dan lomba bowling dengan bola yang terbuat dari buah kelapa. Semua ini membuat wisatawan yang berlibur merasa mendapatkan pengalaman baru yang menyenangkan dan sulit dilupakan...
            Disamping pandai menggaet wisatawan berkantong tebal, hotel itu juga perduli terhadap lingkungan disekitarnya. Sehingga penduduk setempat merasa hadirnya hotel berbintang itu dirasakan sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa.
            PT. Banten West Java yang membebaskan kawasan wisata terpadu seluas 1.500 hektar di Tanjung Lesung sekitar tahun 1995 mendirikan LSM yang bergerak di bidang sosial. Yayasan Pengembangan Masyarakat Banten Selatan yang idenya berasal dari big boss Tanjung Lesung, Purnomo, antara lain membangun kampung wisata Cikadu dan kampung nelayan Citeureup. Di kampung wisata itu disediakan bagi wisatawan yang mau bermalam di rumah penduduk yang telah disulap menjadi home stay serta lingkungan perkampungan yang asri. Di perkampungan itu juga setiap rumah di tanami pohon buah-buahan, seperti mangga, rambutan dan jambu.
            Yayasan yang dimotori Ir. Taufik Hidayat, Christin Astuty S.Si dan Suharyanto Spd juga secara berkala memberikan bantuan pendidikan, baik sekolah umum maupun pesantren. Aktivitas bea siswa kepada anak-anak yang tak mampu sduah berlangsung sejak tahun ajaran 1998/99. Bagi yang ingin melanjutkan pendidikan SLTA juga disediakan dana dari yayasan tersebut.
            Dan yang tak kalah penting, yayasan juga perduli terhadap kesehatan masyarakat. Daerah Banten Selatan yang dahulu dikenal sebagai basis penyakit malaria, kini sudah berangsur-angsur dihilangkan.
            Yayasan secara terus menerus melakukan upaya mengeliminasi berjangkitnya endemi malaria melalui optimalisasi juru malaria desa. Lalu mendirikan balai pengobatan masyarakat yang dipusatkan di Kp.Cikadu. Juga mendatangkan dokter (dr.Soesilo Sorjosembodo MPH) serta tenaga paramedis untuk melayani kesehatan masyarakat. Disana juga dilengkapi dengan laboratorium medis yang terus di optimalkan.
            Terhadap pelestarian alam, yayasan juga melaksanakan penanaman terumbu karang buatan di perairan Teluk Lada, Kecamatan Panimbang. Bantuan modal bergulir kepada nelayan, rehabilitasi tanaman melinjo dan ternak itik.
            Sayangnya perusahaan yang merencanakan membangun kawasan wisata terpadu di Tanjung Lesung sampai saat ini belum seluruhnya mewujudkan impiannya menciptakan “surga-surga” lain disana. Krisis moneter yang berkepanjangan rupanya turut mempengaruhi kegiatan di pesisir pantai barat wilayah Banten itu.

MISTERI PULAU

MISTERI PULAU SANGHYANG

            Pulau Sanghyang di Selat Sunda yang pernah dijadikan pangkalan militer Jepang pada Perang Dunia II banyak meninggalkan kenangan pahit bagi rakyat Indonesia. Di pulau yang luasnya 700,3 hektar itu ribuan romusha mati akibat kekejaman serdadu Dai Nippon. Mereka menderita sakit akibat kurang makan dan kerja berat membangun pangkalan militer disana.
            Menurut penduduk setempat, pulau yang letaknya sangat strategis  itu sampai sekarang belum banyak dihuni penduduk. Alasan mereka karena pulau tersebut termasuk angker, sering terdengar serdadu baris di malam hari dan teriakan-teriakan histeris dari arah bangunan bekas barak-barak militer.
            Sekitar awal tahun 1980 pernah dilaporkan penduduk setempat, di pulau tersebut sering terlihat manusia misterius yang sulit didekati. Laporan yang sampai ke Keduataan Besar Jepang di Jakarta lewat salah satu koran Ibukota membuat pihak Kedubes melakukan penelitian disana. Mereka menduga masih terdapat sisa-sisa serdadu Jepang di pulau itu seperti yang kedapatan di pulau-pulau kecil disekitar Samudera Pasifik setelah perang usai.
            Tetapi pencarian yang dilakukan Kedubes Jepang bersama penduduk setempat pada waktu itu tidak menghasilkan apa-apa. Mereka hanya bisa menyaksikan sisa-sisa puing bangunan bekas barak militer yang tertutup tanaman merambat dan beberapa pucuk meriam pantai yang dibiarkan berkarat di makan usia.
            Pulau yang jaraknya hanya sekitar satu jam berlayar dengan kapal motor dari pantai Anyer sampai sekarang memang menjadi salah satu tujuan wisata. Disamping bisa menikmati pemandangan indah di pulau dan disekitar pantai, wisatawan juga bisa melihat-lihat bekas peninggalan Perang Dunia II. Bukit dan goa alam yang banyak terdapat di bagian selatan pulau itu juga menarik perhatian para pecinta alam. Dan bagi wisatawan yang gemar menyelam bisa menikmati indahnya bawah laut di kawasan taman laut yang terdapat di bagian timur pulau itu.
            Sayangnya sampai sekarang belum ada investor yang benar-benar serius mengelola objek wisata di pulau itu. Beberapa tahun yang lalu pernah sebuah perusahaan besar ingin membangun pulau itu menjadi objek wisata terpadu.


KERACUNAN MAKANAN


AKIBAT KERACUNAN MAKANAN

            Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan setiap saat dan harus ditangani dan dikelola dengan baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Pengelolaan yang baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola makanan berdasarkan kaidah-kaidah dari prinsip hygiene dan sanitasi makanan.
            Keamanan makanan merupakan kebutuhan masyarakat, karena makanan yang aman akan melindungi dan mencegah terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Makanan yang baik adalah makanan yang bergizi yang dibutuhkan oleh setiap mahluk hidup, termasuk manusia. Zat gizi selain diperlukan oleh manusia, juga dibutuhkan oleh bateri, karena itu makanan yang tercemar bakteri mudah menjadi rusak.
            Bakteri tumbuh dan berkembang biak dalam makanan. Pada waktu tumbuh bakteri menghasilkan racun di luar tubuhnya, racun itu membaur dalam makanan. Pada umumnya racun yang dihasilkan lebih tahan panas dari pada bakteri itu sendiri.
            Menurut Drs.Dedi Sofian Msi, Kasubdin Farmasi & Makanan Dinkes Serang, jenis bakteri penyebab instoxinasi makanan adalah Clostridium botulinum, Staphylococcus aureus dan Pseudomonas cocovenenas.
            Apa itu Clostridium botulinum? Menurut Dedi, bakteri yang menyandang nama Latin itu merupakan penyebab terjadinya keracunan. Sedangkan keracunan yang disebabkan oleh bakteri disebut batulism.. Racun yang dihasilkan dapat menyebabkan kematian. Gejalanya mula-mula gangguan pencernaan yang akut, mual, muntah, diare, lemah fisik dan mental, pusing dan sakit kepala. Pandangan berubah menjadi dua, sulit menelan dan berbicara, otot-otot menjadi lumpuh dan kematian biasanya karena sulti bernafas.
            Dedi juga mengingatkan, pada kasus yang fatal, kematian dapat terjadi setelah 3-6 hari. Makanan kaleng sering menyebabkan botulism, antara lain daging manis, bit, asparagus dan bayam. Kemudian umumnya pada makanan yang berasam rendah dan sedang serta terjadi pada ikan asap.
            Untuk mencegah terjadi botulism, perlu menggunakan proses pemanansan yang cocok buat makanan kaleng. Membuang makanan kaleng yang telah menggelembung atau rusak. Tidak mencicipi makanan yang meragukan. Hindari makanan yang telah dimasak  terlalu lama dan tidak dipanaskan lagi. Dan yang terakhir, perlu mendidihkan makanan kaleng terutama yang mempunyai pH di atas 4,5 minimum selama 15 menit.
            Apa pula dengan Staphyloccus aureus? Menurut ahli farmasi dan makanan, penyakit yang disebabkan Staphylococcus aureus, biasanya disebut ‘Staph’. Bakteri tersebut sangat tahan panas. Rongga hidung manusia khususnya penderita sinusitis mengandung banyak staphyloccocci, demikian halnya dengan bisul dan luka bernanah merupakan sumber yang potensial. Sapi perah penderita mastitis (infeksi pada kambing) menularkan staphyloccocci ke dalam air susu.
            Menurut Dedi, gejala keracunan yang terjadi pada kasus ini banyak mengeluarkan ludah, mual, muntah, kejang perut, diare berdarah dan berlendir, sakit kepala, kejang otot, berkeringat dingin, lemas, nafas pendek dan suhu tubuh di bawah normal. Gejala ini berlangsung hingga 1-2 hari, tetapi jarang terjadi kematian.
            Cara mencegah terjadinya keracunan ini dengan mencegah pencemaran oleh stapphylocci. Yaitu menggunakan bahan makanan yang bebas kokus, misalnya menggunakan susu yang telah dipasteutrisasi. Selain itu, masuknya staphylococci ke dalam makanan antara lain dapat dihindari dengan cara mencuci tangan dengan sabun setelah keluar dari toilet. Sebelum memegang bahan makanan, tangan harus bersih. Karyawan bagian pengolahan makanan tidak berpenyakit kulit, luka dan batuk. Tidak makan, minum dan merokok selama mengolah makanan. Kuku terpelihara pendek, rambut di tutup dan menggunakan sarung tangan yang cocok.
            Bakteri Staphylococcus aureus yang telah masuk ke dalam bahan makanan, dapat dimatikan dengan pemanasan pada waktu di masak. Tetapi toksin yang dihasilkan hanya dapat terurai jika dilakukan pemanasan selama beberapa jam. Atau dipanaskan pada suhu 115 derajat selama 30 menit. Tetapi makanan yang dipanaskan pada suhu tersebut akan berubah tektur dan kandungan zat gizinya akan rusak/

WISATA ZIARAH



WISATA ZIARAH MENDORONG PEREKONOMIAN PROPINSI BANTEN
oleh: Adkhilni MS
           
            Selama 3 tahun terakhir – sejak diresmikannya Banten menjadi propinsi ke-30  Republik Indonesia tanggal 4 Oktober 2000 – propinsi termuda di NKRI ini mulai menggeliat dan menampakan segala aktivitas pembangunan. Terutama di bidang ekonomi, Banten begitu gencarnya menerapkan otonomi daerah dalam bidang ekonomi.
            Alhasil, pemekaran propisi dan penerapan otonomi daerah memang telah menciptakan pemerataan pendapatan. Tapi celakanya, bukan pemerataan pendapatan rakyat melainkan pendapatan penguasa.
            Terbukti setelah status Banten naik menjadi propinsi, mobil-mobil mewah semakin banyak berseliweran di jalanan kota Serang, kemacetan yang sebelumnya hampir tidak ada kini semakin mudah dijumpai dan Serang yang dahulu merupakan kota kecil yang asri kini semakin terasa sempit dan semrawut. Tetapi ironisnya, makin menjamur pula para pengemis, pengamen, gelandangan, pedagang asongan dan preman yang setiap hari mangkal di perempatan lampu merah.
            Padahal melihat segala potensi yang dimiliki oleh propinsi Banten, sudah seharusnyalah propinsi yang berada di ujung barat pulau Jawa ini menjadi propinsi yang makmur sejahtera. Bukan hanya kemakmuran bagi para pejabatnya tapi juga kesejahteraan sosial bagi rakyat-rakyatnya.
            Kini, Propinsi Banten hidup dalam suatu era reformasi. Suatu perubahan yang signifikan dalam sistem pemerintahan dewasa ini adalah kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional berdasarkan prinsip demokrasi, partisipasi masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta potensi dan keanekaragaman daerah (lihat: UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah).
            Dan dengan dibukanya ‘kran’ otonomi daerah seluas-luasnya, memungkinkan konsep ekonomi kerakyatan dapat berkembang dengan dukungan dan kebijakan politik pemerintah. Pemerintah daerah dengan kewenangan yang dimiliki sejatinya dapat mengeluarkan kebijakan politik berupa peraturan perundang-undangan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi kerakyatan.
            Wisata Ziarah 
            Bulan Rabiul Awal adalah bulan Maulid Nabi. Bukan suatu hal yang aneh lagi di Propinsi Banten, jika menjelang tanggal 12 Rabiul Awal, di masjid-masjid dan di musholla-musholla ramai diadakan semacam peringatan kelahiran Rasulullah Muhammad salawalhualaihiwasalam yang biasa disebut Maulid Nabi.
            Memang, begitu menyebut nama Banten maka kesan religius dan magis langsung terbayang. Karena memang Banten dari dulu hingga saat ini terkenal dengan kebudayaan yang berazaskan nilai-nilai keagamaan (baca: Islam). Salah satu yang membuat Banten terkenal – selain dari aspek historis – faktor keagamaan dan tempatnya yang strategis turut mengharumkan Banten sebagai objek wisata ziarah. 
            Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Serang pada tahun 1994 menunjukan bahwa pada bulan-bulan tertentu, termasuk bulan Mulud (Rabiul Awal), beberapa daerah di Banten umumnya atau Serang khususnya ramai di kunjungi para penziarah.
            Terutama di Banten Lama pada bulan Mulud, kota tua itu dibanjiri oleh masyarakat yang berniat untuk berziarah di makam para sultan. Daerah asal penziarah meliputi: seluruh daerah Banten dan Jawa Barat; daerah Jawa Tengah seperti: Pekalongan, Tegal, Cilacap; daerah Jawa Timur seperti: Madura, Banyuwangi, Pasuruan, Malang; dari Sumatera Selatan, Lampung, Kertapati, Kotabumi, Tanjungkarang, Kalianda dan Palembang.
            Pengunjung wisata ziarah tidak hanya dari dalam negeri, tapi juga berasal dari mancanegara seperti: Jerman, Jepang, Korea, Swiss, Amerika, Inggris, Australia, Italia, Perancis dan lain-lain.
            Latar belakang mereka berziarah secara umum dapat dibedakan ke dalam 3 motivasi: (1) Motivasi keduniaan atau materialistis (2) Motivasi spiritual atau keagamaan (3) Motivasi ilmu pengetahuan (Halawani Michrob et al; 245, 1994)
Wisata ziarah berbeda dengan situs kepurbakalaan. Fakta menunjukan biasanya yang berkunjung ke museum kebanyakan orang-orang yang berpendidikan atau mereka yang tertarik atau senang dengan sejarah atau kepurbakalaan, tapi tidak bagi wisata ziarah. Wisata ziarah menyentuh semua lapisan masyarakat, karena mulai dari golongan berekonomi lemah (the poor) sampai ekonomi tingkat atas (the have), berdatangan dengan alasan supaya usahanya lancar(?).
            Menurut hasil wawancara dengan Drs. Tb. Ismetullah Al Abbas, selaku Ketua Yayasan Maulana Hasanudin Banten yang mengurusi Masjid Agung Banten dan lokasi ziarah di samping Masjid Agung Banten, jumlah pengunjung ziarah setiap hari biasa mencapai +500 pengunjung.
            Kadang-kadang pada hari Minggu jumlah pengunjung ziarah mencapai + 3500 pengunjung. Hari Senin +700 pengunjung. Sedangkan pada hari Selasa dan Jum’at mengalami penurunan jumlah pengunjung, sekitar +150 – 250 pengunjung. Karena ada anggapan di masyarakat Banten berpergian pada hari Selasa dan Jum’at itu tabu.
            Bahkan, menurut data yang diperoleh oleh Halawani Michrob dkk. (1994)  banyaknya penziarah biasanya pada bulan Syawal mencapai 6.000 – 7.000 orang (10 hari pertama), 2.000 – 3.000 orang (10 hari kedua), 1.000 – 2.000 orang (10 hari ketiga). Pada bulan Zulhijah pengunjung rata-rata mencapai 4.000 – 6.000 orang (7 hari pertama),         2.000 – 3.000 orang (7 hari kedua), 1.000 – 1.500 orang (7 hari ketiga), 500 – 800 orang (7 hari keempat). Sedangkan, pada bulan Rabiul Awal mencapai 8.000 – 10.000 orang (20 hari pertama), 3.000 – 5.000 orang (10 hari terakhir).
Begitu pula, di Banten Girang (Sempu) setiap bulan Mulud, masjid dan makam kermata itu penuh oleh para peziarah yang datang secara bergantian dari sore sampai pagi hari. Para peziarah, yang terdiri dari berbagai kelompok masyarakat yang berbeda latar belakang, umur dan jenis kelamin itu membuat daerah sekitar komplek masjid di atas berubah menjadi pasar kaget yang disebut pasar cemplak. Jelaslah bahwa wisata ziarah ternyata mampu meningkatkan hajat hidup orang banyak dengan berbasis pada ekonomi kerakyatan serta mampu meningkatkan gairah pada sektor perekonomian lain seperti perdagangan, pariwisata, perhubungan, dan lain-lain.
            Tidak hanya di Banten Lama atau Banten Girang, ternyata masih banyak lagi lokasi ziarah di Propinsi Banten ini yang belum dimanfaatkan secara optimal, baik oleh masyarakat maupun oleh pemerintah daerah sendiri. Data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Propinsi Banten, sedikitnya ada 47 lokasi ziarah yang mungkin untuk dijadikan objek wisata ziarah seperti Banten Lama atau seperti Yogyakarta sekalipun. Tempat-tempat tersebut hampir tersebar di seluruh kota/kabupaten di propinsi Banten. Dari ke 47 lokasi objek wisata religius dan spiritual tersebut, 24 lokasi berada di Kabupaten Serang, Kota Tangerang 6 lokasi, Kabupaten Pandeglang 10 lokasi, Kabupaten Lebak ada 3 lokasi, Kota Cilegon 1 lokasi, dan Kota Tangerang 4 lokasi.
Tapi sayangnya, kurangnya profesionalisme dalam pengelolaan pun berakibat buruk dalam aktivitas wisata ziarah di Banten Lama, karena tidak sedikit pengunjung Banten Lama yang enggan kembali berekreasi di Banten karena melihat kondisi yang semrawut, kotor dan kumuh. Puluhan pedagang tradisional membuat sumpek jalan dengan menggelar dagangannya di sepanjang jalan masuk menuju Masjid Agung Banten. Belum lagi para pengunjung harus ditodong oleh pengemis dan anak-anak yang berlarian memaksa para pengunjung untuk berderma. Seolah Pemda Serang dan Pemprov Banten membiarkan itu semua berjalan apa adanya.
Tidak dapat dipungiri bahwa wisata ziarah turut berperan besar dalam perekonomian rakyat di Propinsi Banten dan secara langsung akan mendorong tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) Propinsi Banten yang merupakan indikator pertumbuhan ekonomi yang dipakai pemerintah. Tapi andai saja dikelola secara profesional dan berbasis pada ekonomi kerakyatan, pasti akan lebih berarti bagi peningkatan ekonomi di propinsi Banten.
Suatu barang akan bernilai jual tinggi, apabila dikemas secara bagus. Teori tersebut lebih dikenal sebagai package utility atau nilai kegunaan kemasan. Jika wisata ziarah dikemas secara bagus dan cantik, maka para pengunjung pun tidak akan ragu-ragu untuk berkunjung bahkan mengiklankan objek wisata tersebut pada khalayak banyak.
Contohnya seperti di keraton kesultanan Yogyakarta, para punggawa dan pelayan kerajaan berseragam rapih dan sopan serta ramah terhadap setiap tamu. Tempatnya yang tertata rapih dan bersih, bentuk pelayanannya bersifat kekeluargaan, membuat para pengunjung betah berlama-lama di sana. Kalau pun sudah pulang, pasti akan teringat-ingat selalu. 
Begitu pula objek wisata ziarah di luar negeri dikelola secara profesional, kunjungan di tempat-tempat ziarah Islam di luar negeri terkesan lebih prestigious. Sebutlah beberapa tempat seperti, masjid al-Haram di Makkah dan masjid Nabawi di Madinah, masjid al-Aqsa di Yerusalem, Universitas al-Azhar di Kairo, masjid Biru di Turki, dan Istana Al-Hamra di Spanyol.
Obyek-obyek wisata ziarah Islam di luar negeri banyak dikunjungi pada saat bersamaan dengan waktu melakukan ibadah haji atau umroh. Dan dari hasil pengelolaan yang profesional di atas, sudah jelas terlihat berapa besar devisa yang didapat oleh negara dari tempat-tempat tersebut. Membandingkan tempat-tempat di luar negeri, tentu banyak hal yang perlu kita pelajari.
            Dari fenomena ziarah dapat digali potensi ekonomi lokal yang dapat dimanfaatkan untuk masyarakat sekitar pula. Dan secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar.        
            Mengingat cagar budaya merupakan aset bangsa yang nilainya sangat tinggi, sudah seharusnyalah seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah turut ambil bagian dalam hal melindungi dan melestarikan warisan budaya tersebut.  
            Tahun lalu dana sekitar Rp. 6 milyar yang berasal dari Departemen Pemukiman Prasarana Wilayah Pemda Serang dan Pemprov Banten dikucurkan untuk revonasi cagar budaya. Agar proyek itu berjalan lancar juga tidak menyimpang, maka pada tanggal 1 Juli 2002 dibentuklah tim koordinasi pelaksanaan program penataan kawasan Banten Lama tahun anggaran 2002 dengan SK Gubernur Banten No. 432-2/Kep.94/Huk/2002. Diharapkan dengan dana ini mampu merelokasi dan merenovasi tidak hanya cagar budaya saja, tetapi juga wisata ziarah.
            Sehingga wisata ziarah – yang selama ini dianggap remeh – justru akan meningkatkan gairah perekonomian di sektor lain. Bahkan akan menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar bagi kas negara dan turut mendongkrak taraf hidup rakyat. Dengan kata lain, wisata ziarah sebagai salah satu objek tujuan pariwisata adalah sangatlah perlu dan penting. Semoga!
Penulis adalah siswa kelas II SMUN 1 Serang
Aktif di Sanggar Sastra Remaja Indonesia (SSRI) Serang
Forum Lingkar Pena (FLP)Serang
Dan Pustakaloka Rumah Dunia (PRD) Serang

berita nusantara

ShareThis

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...