Anak Gunung Krakatau aktivasnya Tidak Terditeksi
SERANG- Aktivitas kegempaan pada Gunung Anak Krakatau di Perairan Selat Sunda mengalami peningkatan dari status waspada menjadi siaga. Selain aktivitas kegempaan, dari kawah Gunung Anak Krakatau ini juga terus mengeluarkan embusan asap tebal dengan ketinggian antara 600 – 700 meter.
“Kenaikan status dari level waspada ke siaga sudah tercatat sejak tanggal 30 September 2011 lalu. Gunung Anak Krakatau dinaikkan statusnya dari waspada menjadi siaga, menyusul makin aktifnya kegempaan gunung berapi ini. Gempa vulkanik biasanya hanya berlangsung 100 hingga 300 kali per hari. Namun, sejak awal Oktober 2011 ini menjadi 6 ribu hingga 7 ribu kali per hari,” ujar Kepala Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau di Pasauran, Anton Tripambudi, Senin (3/10).
Anton menjelaskan, berdasarkan pendataan yang dilakukannya di Pos Pemantau di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Serang, tercata jumlah kegempaan pada Gunung Anak Krakatau, setiap 6 jam berlangsung antara 1.300 hingga 1.600 kali.
“Peningkatan aktivitas gunung tersebut, tidak mengganggu aktivitas pariwisata yang ada di sepanjang Pantai Anyer hingga Pantai Carita. Kami berharap kenaikan status kegempaaan Gunung Anak Krakatau, tidak membuat masyarakat sekitar dan nelayan panik, akan tetapi pihaknya tetap meminta warga untuk hati-hati. Kami hanya mengingatkan kepada siapa pun baik nelayan atau turis untuk tidak mendekat pada radius dua kilometer, dan selebihnya aman atau bisa melakukn aktivitas seperti biasa,” katanya.
Ginanjar, seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah di Labuan, Pandeglang mengungkapkan, peningkatan aktivitas pada Gunung Anak Krakatau bukan hanya sekali tetapi sudah terjadi sejak tahun 2007 lalu. Selanjutnya, pada tahun 2009 juga terjadi peningkatan aktivitas pada gunung tersebut. Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2010.
“Jadi bagi kami yang tinggal di pesisir pantai sudah terbiasa dengan informasi soal peningkatan status Gunung Anak Krakatau tersebut. Kami tentu tetap waspada. Namun, kami tidak menjadikan informasi itu sebagai penghalang untuk melakukan aktivitas setiap hari. Kami tetap bekerja seperti biasa,” ujarnya.