BANTEN memiliki sejarah mata rantai yang panjang
Ditemukannya berbagai artefak dan situs peninggalan purbakala di beberapa lokasi di daerah Banten membuktikan, bahwa Banten memiliki mata rantai sejarah yang panjang. Sejak zaman prasejarah sampai masuknya Islam hingga hancurnya Kesultanan Banten merupakan catatan sejarah penting yang patut direnungkan generasi penerus bangsa. Semua sukses dan kegagalan yang pernah dialami pada masa lampau menjadi pelajaran yang amat berharga.
Mengenai bukti sejarah Banten pada masa lampau kini bisa disaksikan di Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama yang terletak tak jauh dari Mesjid Agung Banten. Di dalam museum bisa dilihat dan dipelajari bagaimana hebatnya masa pemerintahan Kesultanan Banten yang dimulai pada abad ke-XVI hingga runtuhnya abad ke-XIX. Kisah tragis dan dramatis telah dialami selama kurun waktu hampir empat abad lamanya. Misalnya perang saudara antara anak dan orang tua, yaitu antara Sultan Haji dengan Sultan Ageng Tirtayasa.
Selain sisa-sisa kejayaan masa lampau yang bisa disaksikan di sekitar situs purbakala Banten Lama, wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Banten Lama juga bisa melihat Mesjid Agung Banten. Mesjid yang indah dan kokoh dengan menaranya yang unik merupakan satu-satunya warisan budaya yang masih utuh bekas peninggalan Kesultanan Banten.
Tanpa disadari, dari lokasi reruntuhan Kesultanan Banten beserta semua peninggalannya yang ada di museum sampai kini masih menjadi bahan penelitian para mahasiswa dan ilmuwan. Menurut catatan sampai saat ini dari kawasan situs purbakala Banten Lama sudah menghasilkan puluhan sarjana dari berbagai disiplin ilmu. Antara lain bidang yang digeluti, arkeologi, antropologi dan sosiologi.
Sistem Pengolahan air bersih
Sistem pengolahan air bersih yang dibangun di zaman pemerintahan Sultan Maulana Yusuf juga menjadi salah satu daya tarik ilmuwan. Mereka kagum tentang majunya teknologi pada masa itu yang telah mampu membangun jaringan air bersih yang sempurna. Dari membangun waduk yang dwi fungsi sampai membangun pengindelan abang, pengindelan putih dan pancuran mas merupakan teknologi tepat guna yang digunakan pada masa itu. Meski pada waktu itu belum mengenal pengolahan air bersih menggunakan filter dan bahan kimia, tetapi pada masa Kesultanan Banten sudah mampu menciptakan air kotor yang berasal dari sungai menjadi air minum yang bersih.
Bukti sejarah nenek moyang yang patut menjadi kebanggaan masyarakat Banten kini masih bisa disaksikan. Waduk yang dibangun pada masa itu sekarang dikenal dengan objek wisata Tasikardi. Sebuah danau buatan yang pada lantai dasarnya menggunakan ubin warna merah. Selain berfungsi sebagai waduk pada masa itu, juga dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi keluarga Sultan Banten.
Kemudian dari lokasi Tasikardi airnya disalurkan lewat dua buah filter dengan menggunakan pipa terekota sepanjang lk.2 km menuju ke dalam Keraton Surosowan. Ternyata pada abad ke-XVI, teknologi yang dikuasai orang Banten bukan hanya mampu membangun sistem pengolahan air bersih, tetapi juga telah menguasai sistem drainase di dalam areal keraton yang luasnya 4,5 hektare. Selama kurun waktu hampir empat abad lamanya tak pernah dilaporkan adanya banjir yang menggenangi istana raja.
Justru di zaman reformasi yang serba canggih sekarang ini, Istana Wakil Presiden yang terletak di Jl. Merdeka Selatan tergenang air hujan baru-baru ini. Sungguh suatu peristiwa yang sangat memalukan buat bangsa Indonesia.... karena mungkin arsitek-nya lupa memikirkannya kearah tersebut.Andri Priana - Pandeglang
No comments:
Post a Comment