MISTERI PULAU SANGHYANG
Pulau Sanghyang di Selat Sunda yang pernah dijadikan pangkalan militer Jepang pada Perang Dunia II banyak meninggalkan kenangan pahit bagi rakyat Indonesia. Di pulau yang luasnya 700,3 hektar itu ribuan romusha mati akibat kekejaman serdadu Dai Nippon. Mereka menderita sakit akibat kurang makan dan kerja berat membangun pangkalan militer disana.
Menurut penduduk setempat, pulau yang letaknya sangat strategis itu sampai sekarang belum banyak dihuni penduduk. Alasan mereka karena pulau tersebut termasuk angker, sering terdengar serdadu baris di malam hari dan teriakan-teriakan histeris dari arah bangunan bekas barak-barak militer.
Sekitar awal tahun 1980 pernah dilaporkan penduduk setempat, di pulau tersebut sering terlihat manusia misterius yang sulit didekati. Laporan yang sampai ke Keduataan Besar Jepang di Jakarta lewat salah satu koran Ibukota membuat pihak Kedubes melakukan penelitian disana. Mereka menduga masih terdapat sisa-sisa serdadu Jepang di pulau itu seperti yang kedapatan di pulau-pulau kecil disekitar Samudera Pasifik setelah perang usai.
Tetapi pencarian yang dilakukan Kedubes Jepang bersama penduduk setempat pada waktu itu tidak menghasilkan apa-apa. Mereka hanya bisa menyaksikan sisa-sisa puing bangunan bekas barak militer yang tertutup tanaman merambat dan beberapa pucuk meriam pantai yang dibiarkan berkarat di makan usia.
Pulau yang jaraknya hanya sekitar satu jam berlayar dengan kapal motor dari pantai Anyer sampai sekarang memang menjadi salah satu tujuan wisata. Disamping bisa menikmati pemandangan indah di pulau dan disekitar pantai, wisatawan juga bisa melihat-lihat bekas peninggalan Perang Dunia II. Bukit dan goa alam yang banyak terdapat di bagian selatan pulau itu juga menarik perhatian para pecinta alam. Dan bagi wisatawan yang gemar menyelam bisa menikmati indahnya bawah laut di kawasan taman laut yang terdapat di bagian timur pulau itu.
Sayangnya sampai sekarang belum ada investor yang benar-benar serius mengelola objek wisata di pulau itu. Beberapa tahun yang lalu pernah sebuah perusahaan besar ingin membangun pulau itu menjadi objek wisata terpadu.
No comments:
Post a Comment