Pemberontakan di mulai tahun 1808
Setelah Kesultanan Banten hancur dan rata dengan tanah, pemberontakan rakyat terjadi dimana-mana menentang penjajah kolonial Belanda. Pemberontakan besar yang didukung rakyat terjadi tahun 1808 di Cilegon yang dikenal dengan peristiwa “Geger Cilegon”.
Setahun kemudian terjadi lagi pemberontakan yang tak kalah seru di beberapa lokasi. Antara lain pemberontakan yang terjadi di Banten Selatan, kemudian menyusul di Anyer, Cikande dan Leuweung Lancar di bawah pimpinan Mas Angabay Naya Wipraja dan Angabay Jaya Sedana. Pemberontakan itu disebabkan rakyat dipaksa kerja rodi membangun jalan pos Anyer-Panarukan sepanjang 1.000 km oleh Daendels. Kedua tokoh pejuang Banten ini yang pernah diutus Sultan Banten ke London, Inggris sebagai duta besar. Mereka sakit hati karena keraton Surosowan dihancurkan dan semua daerah jajahan Banten dikuasai Kompeni Belanda.
Kemudian tahun 1813 terjadi pemberontakan di Undar Andir, Kragilan di bawah pimpinan Mas Ngabai Lanang dan Mas Djakaria yang terkenal dengan sebutan Pemberontakan Undar Andir I. Sedangkan Pemberontakan Undar Andir II terjadi 4 tahun kemudian yang dipimpin Bidin dan Agus Kamis.
Dan yang cukup menghebohkan terjadi pemberontakan tahun 1845 di Cikande. Selain dipimpin tokoh yang bernama Sarean, pemberontakan dibantu pula seorang wanita yang bernama Nyi Timah beserta 34 orang pengikutnya yang semuanya terdiri dari wanita. Belanda waktu itu kewalahan menghadapi wanita-wanita penjuang ini, tetapi setelah lawan menambah kekuatan militernya, semua pemberontak ditawan dan semuanya di hukum gantung.
No comments:
Post a Comment