Indonesia Search Engine

Friday, September 30, 2011

TERUMBU KARANG


TERUMBU KARANG DI TELUK BANTEN RUSAK.
           
            Rupanya kerusakan ekosistem terumbu karang di perairan nusantara sudah sampai meresahkan. Sambil melakukan langkah kebijaksanaan, pemerintah juga akan melakukan tindakan tegas terhadap perusak lingkungan. Menurut menteri, kerusakan terumbu karang di Indonesia sudah sampai ke tingkat  memprihatinkan, yaitu sekitar 6% setahun dari luas areal 85.000 km2.
            Sebenarnya pemerintah sudah lama punya rencana melarang nelayan menangkap ikan dengan menggunakan potas (potassium sianida) dan bom yang merusak dapat lingkungan. Racun sianida memang tidak sehebat bom, tetapi racun yang ditimbulkan untuk membuat ikan pingsan sudah cukup membuat terumbu karang dan plankton mati. Sedangkan bom, selain membunuh biota laut, terumbu karang juga hancur.
             Berdasarkan hasil penelitian para ahli kelautan, perairan Teluk Banten termasuk lingkungan yang sudah rusak akibat ulah manusia. Disamping itu, aktivitas penangkapan ikan menggunakan jaring bermata kecil atau yang lebih populer disebut pukat harimau disekitar padang lamun juga dapat merusak lingkungan. Sebab jaring seperti itu akan menguras anak ikan hingga memutuskan mata rantai kehidupan berbagai jenis ikan.
            Menurut Hasil dari Penelitian, terumbu karang di Teluk Banten yang masih baik tinggal sekitar 4% Pada Tahun sekarang yang artinya hampir 96% Mengalami Kerusakan, seperti di P.Kambing, P.Lima, P.Kubur, P.Penghujan Besar dan P.Penghujan Kecil. “Untuk menciptakan lingkungan yang asri di sekitar Teluk Banten kini tengah dikembangkan budidaya rumput laut”, katanya.
            Fungsi karang sangatlah amat vital. Salah satu manfaat karang sebagai penangkal abrasi pantai. Jika karang dirusak, maka tidak ada lagi benteng penangkal deburan ombak dan arus. Akibatnya pulau akan terkikis habis dan akhirnya lenyap. “Sebagai contoh, hilangnya beberapa pulau disekitar Jepara, Jawa Tengah”, ujar peneliti itu.
            Menurut pakar kelautan, pertumbuhan terumbu karang sangat tergantung pada simbiotik alga zooxanthellae yang berperan dalam permbentukan kerangka kapur. Di lain pihak bagi biota laut semacam molusca, teripang, kerang dan ribuan jenis ikan, terumbu karang merupakan habitat tempat berlindung, mencari makan dan berkembang biak. Kehidupan di laut memang hanya mengandalkan proses mata rantai makan memakan yang tak terputus.
            Hilangnya salah satu mata rantai dakan mempengaruhi kehidupan biota lainnya. Akibat karangnya rusak, maka mata rantai makananpun spontan terputus. Celakanya pertumbuhan karang sangat lambat. Untuk memulihkan kondisi karang yang rusak seperti keadaan semula, memerlukan waktu sampai 400 tahun!
            Itu sebabnya, kenapa nelayan di Jawa kini sulit mencari ikan disekitar perairan laut Jawa. Kini banyak nelayan dari Jawa yang mencari ikan sampai jauh ke Irian dan Nusa Tenggara Timur.
            Untuk mengurangi kegiatan nelayan menggunakan potas, Muchari mengharapkan para importir ikan di luar negeri memberlakukan ekolabeling. Yaitu menolak setiap produk yang merusak ekologi. Tanda-tanda penangkapan ikan yang menggunakan potas, mudah dilihat dari matanya. Jika ikan itu buata tak dapat melihat dan tidak sensitif lagi, itu petanda ditangkap dengan potas. “Ikan hasil tangkapan dengan potas hanya mampu bertahan hidup sampai 3 bulan”, ungkap Muchari.
            Menurut peneliti itu, penangkapan ikan menggunakan potas, sering dilakukan kepada jenis ikan hias dan ikan kwalitas ekspor yang mahal di pasar luar negeri. Misalnya jenis kerapu lumpur, kerapu macan dan kerapu tikus. Di Hongkong harganya bisa mencapai ratusan ribu rupiah perekor. Bahkan induknya bisa mencapai jutaan rupiah perekor.

No comments:

Post a Comment

berita nusantara

ShareThis

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...